LAMSEL,– Sejumlah pedagang kecil yang berjualan di trotoar depan SDN 2 Kalianda mengaku diusir secara kasar oleh beberapa oknum guru sekolah tersebut. Insiden ini terjadi pada Kamis, 20 Februari 2025, ketika para guru mendatangi lokasi dan meminta pedagang segera angkat kaki dari area tersebut.
Menurut keterangan pedagang, tindakan oknum guru tersebut terkesan arogan dan tidak mencerminkan etika seorang pendidik. Salah satu pedagang yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa mereka sebelumnya sudah ditegur, tetapi tetap berjualan karena menganggap trotoar sebagai fasilitas umum.
“Kami sudah pernah ditegur, tapi tetap berjualan karena ini trotoar umum. Namun, pada hari itu kami benar-benar diusir oleh guru bernama Yusmeri dan Junaida dengan cara yang tidak pantas. Mereka membentak kami dan mengatakan agar tidak berjualan di sini lagi,” ujar pedagang tersebut menirukan ucapan guru.
Tak hanya itu, setelah insiden pengusiran, pihak sekolah juga mengeluarkan imbauan melalui grup WhatsApp wali murid. Dalam pesan yang dikirim salah satu guru, Yusnida, pihak sekolah meminta agar orang tua tidak membelikan jajanan kepada anak-anak dari pedagang yang berjualan di trotoar depan sekolah. Alasannya, demi kebersihan dan keselamatan siswa.
Namun, kebijakan ini justru menuai reaksi keras dari para wali murid. Wini, salah satu orang tua yang juga pelaku UMKM di seberang sekolah, menilai sekolah bertindak berlebihan dan merugikan para pedagang kecil.
“Kalau sudah di luar jam sekolah, anak-anak menjadi tanggung jawab wali murid. Artinya, mereka bebas berbelanja di mana pun. Sekolah tidak bisa mengatur sampai sejauh itu,” tegasnya.
Wini juga menuding kebijakan sekolah sebagai bentuk diskriminasi terhadap pedagang kecil. Ia menilai sekolah hanya ingin memonopoli jualan melalui kantin, yang dianggap lebih menguntungkan pihak sekolah.
Saat dikonfirmasi, Kepala SDN 2 Kalianda, Nani Netalia, membenarkan adanya pengusiran pedagang. Namun, ia beralasan hal ini dilakukan karena pedagang tidak mengindahkan arahan yang telah diberikan sebelumnya.
“Kami sudah meminta pedagang untuk tidak berjualan di depan sekolah, tetapi mereka menolak dengan bahasa yang kurang sopan. Hal itu memicu emosi salah satu guru hingga akhirnya mengeluarkan pernyataan pengusiran,” dalih Nani.
Terkait imbauan di grup WhatsApp, Nani mengakui adanya kesalahan dalam penyampaian pesan yang memicu protes dari wali murid. Ia berjanji akan mengevaluasi kebijakan tersebut dengan melibatkan para wali murid dan pedagang kecil.
“Kami akan meninjau ulang kebijakan ini. Jika memang merugikan para pedagang, tidak menutup kemungkinan kebijakan tersebut akan dicabut,” tutupnya.(Red)