NGANJUK – Pada tanggal 12 Januari 2025 kemarin, terdapat pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat RSD Kertosono dengan kasus gigitan ular. Pasien datang dengan kondisi tidak sadar dan gagal nafas.
Diketahui bahwa pasien terkena gigitan ular welang (Bungarus fasciatus) pada saat istirahat di rumah. Dengan kondisi pasien yang sangat kritis dan kondisi kesadaran yang menurun. Karena kondisi yang terus menurun maka pasien dipindah ke ruang ICU dan dipasang.
Pasien ditangani oleh dr. R. Imam Muhajirin, Sp.B (spesialis bedah), dr. Fajar Noviyanto, Sp.An, M.Kes (spesialis anestesi), dan dr. Ricky Dany Agus Wicaksono, Sp.N (spesialis neurologi).
Pasien membutuhkan obat antibisa ular namun kondisi yang terjadi obat tersebut tidak tersedia di Rumah Sakit Daerah Kertosono dan Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk. Rumah Sakit Daerah Kertosono berkomunikasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk dan memohon ijin untuk konsultasi dengan Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.EM. Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.EM merupakan satu-satunya dokter spesialis toksikologi ular berbisa di Indonesia.
Atas petunjuk dari Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.EM, tim dari IGD dan ICU Rumah Sakit Daerah Kertosono mengambil obat antibisa secara berkala di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Tindakan pengambilan antibisa dilakukan dengan cepat mengingat kondisi pasien yang harus segera diberikan obat tersebut untuk menyelamatkan nyawanya.
Pasien mendapatkan perawatan intensif dengan obat antibisa Neuropoly Valent Snake Antivenin di ruang ICU RSD Kertosono. Selama perawatan intensif, pasien beberapa kali mengalami kejang dan kondisi yang sempat menurun.
Namun tenaga kesehatan di RSD Kertosono terus berupaya untuk menyelamatkan pasien dengan memberikan obat antibisa. Selama itu juga dilakukan tindakan trakeostomy.
Pemberian obat ini dengan pengawasan dari dokter spesialis RSD Kertosono dan juga arahan dari Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.EM. Sebanyak 11 vial obat antibisa yang diberikan kepada pasien selama perawatan di ICU.
Selama dirawat di ICU RSD Kertosono kondisi pasien yang terus membaik.
Pada kebanyakan kasus, pasien dengan gigitan ular welang (Bungarus fasciatus) kondisinya banyak yang tidak terselamatkan. Keberhasilan RSD Kertosono menangani pasien ini mendapatkan perhatian dari anggota DPRD Kabupaten Nganjuk, yakni Ibu Hj. Ratna Wulandari (anggota Komisi II DPRD Kabupaten Nganjuk) dan Bapak M. Fauzi Irwana, S.E (wakil ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Nganjuk).
Setelah perawatan intensif selama 12 hari di Ruang ICU RSD Kertosono, pasien akhirnya dipindahkan ke ruang rawat inap bougenville karena menunjukan tanda-tanda perubahan yang lebih baik. Kesadaran sudah mulai membaik namun tetap dengan alat bantuan pernafasan dan terus dalam pengawasan dokter spesialis bedah RSD Kertosono, dr. R. Imam Muhajirin, Sp.B. Pada tanggal 5 Februari 2025, alat trakeostomy sudah dilepaskan dari pasien dan kondisi pasien tinggal menunggu pemulihan. Pasien diperbolehkan pulang pada tangal 07 Februari 2025 dan masih menjalani kontrol di poli rawat jalan RSD Kertosono. (Dul)