Poto ilustrasi Saat siswa-siswi makan dan muntah akibat Program unggulan Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG).
Gebrakkasus.com – CIREBON, – Program unggulan Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG), yang diharapkan menjadi solusi pemenuhan gizi bagi pelajar, ternyata masih jauh dari harapan.
Di Kota Cirebon pada hari kamis tanggal 28 Agustus 2025, pelaksanaan program ini justru menimbulkan masalah serius dan menuai keluhan dari siswa serta kekhawatiran orang tua murid.
Sejumlah siswa dari SMAN 3 Kota Cirebon dan SMPN 7 Kota Cirebon melaporkan pengalamannya yang tidak menyenangkan usai menyantap makanan dari program MBG presiden.
Beberapa siswa yang mengaku harus membuang makanannya ke tempat sampah. Awak media ini bahkan menerima laporan dari para siswa SMAN 3, dengan adanya nasi berserakan di toilet sekolah akibat nasi keras seperti kurang matang, potongan sayur buncis yang tidak matang, hingga lauk tempenya pun setengah matang.
Berdasarkan penelusuran di lapangan, vendor catering yang ditunjuk sebagai penyedia makanan berasal dari SPPG, YAYASAN PASAREAN BUYUT KILAYAMAN.
Vendor ini tercatat mendistribusikan makanan ke lima sekolah penerima manfaat, yaitu TK Pertiwi, SDN Rajawali, SMPN 6, SMPN 7, dan SMAN 3 Kota Cirebon.
Media ini pun telah melakukan konfirmasi kepada pihak pengelola catering. Mereka mengakui adanya kekurangan dalam penyajian makanan dan menyatakan akan segera memperbaiki kualitas kerja.
Namun ironisnya, selang beberapa waktu kemudian, muncul laporan baru dari orang tua siswa SMPN 6 Cirebon. Laporan tersebut menyebutkan adanya makanan MBG yang beraroma basi, berlendir, serta nasinya keras.
Lebih memprihatinkan lagi, seorang siswa yang dilaporkan muntah setelah mengonsumsi makanan MBG.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran yang besar di kalangan orang tua. Mereka khawatir anak-anak mereka mengalami keracunan akibat makanan basi. Siswa yang tidak membawa bekal dari rumah pun terpaksa menahan lapar, akibat tidak bisa makan siang karena makanan MBG saat ini yang diterima tidak layak konsumsi.
Program MBG yang sejatinya dimaksudkan untuk mendukung pemenuhan gizi pelajar justru menjadi sorotan tajam publik.
Diperlukan pengawasan yang sangat ketat terhadap vendor, menu makanan, hingga penggunaan anggaran negara agar program tersebut tidak melenceng dari tujuan awal, mengingat anggaran negara yang digunakan dalam program MBG terbilang sangat besar yang rawan penyalahgunaan apabila tidak diawasi ketat.
Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah tegas untuk memastikan keamanan serta kelayakan makanan yang disajikan kepada siswa-siswi, agar kasus serupa tidak terulang kembali dan program MBG ini benar-benar memberikan manfaat yang nyata bagi para pelajar di seluruh Indonesia. (Tim)